Tuesday, June 29, 2010

LIBUR TELAH TIBA

Apapun status dan profesinya, sudah merupakan sebuah kodrat dan naluri bahwa setiap kita pasti memerlukan masa jeda dari padatnya rutinitas harian. Untuk me-”recharge” kembali semangat, meredam kejenuhan dan menyegarkan perasaan yang naik turun dan kadang timbul tenggelam.

Bagi kalangan yang terikat dengan hari kerja seperti pekerja dan pelajar, libur panjang merupakan saat yang begitu dinantikan. Banyak orang yang memanfaatkan momen ini untuk pergi ke tempat rekreasi. Maka tak mengherankan bila pada masa seperti ini, banyak tempat wisata yang dipadati pengunjung.

TIDAK BOLEH SEMBARANGAN
Sebagai muslim, kita tidak boleh sembarangan dalam memilih tempat untuk berwisata. Ada beberapa rambu-rambu yang harus kita perhatikan. Di antaranya:

1. Tidak ke tempat orang melakukan kesyirikan.
Diharamkan bagi kita untuk berwisata ke tempat-tempat orang melakukan kesyirikan, misalnya candi, kubur-kubur yang dikeramatkan (untuk ziarah ngalap berkah), juga bangunan-bangunan lain yang digunakan untuk menyembah dan beribadah kepada selain Allah.

Syirik adalah dosa terbesar dan pelakunya tidak akan diampuni sebelum bertobat dengan sebenar-benarnya. Sebuah maksiat terberat dan kedurhakaan paling dahsyat terhadap Allah yang Maha Esa, dengan ancaman azab kekal di akhirat.
Fakta tadi seharusnya membuat kita sangat hati-hati dan jangan main-main dengan segala hal yang terkait dengan syirik, baik berupa keyakinan, ucapan, pelaku dan perilakunya, hingga kepada media dan sarana ritualnya, seperti tempat-tempat ibadah kaum musyrikin.

Sungguh sayang, kaum muslimin seringkali tidak memperhatikan rambu-rambu pertama dan utama ini dalam memenuhi hasrat berwisata mereka. Lihat saja misalnya, Candi Prambanan atau Borobudur di Jawa Tengah, mayoritas pengunjungnya adalah kaum muslimin. Padahal jelas-jelas tempat itu dipenuhi dengan berhala-berhala/patung yang dijadikan sekutu bagi Allah. Sungguh tak masuk di akal, di tempat yang sangat dimurkai Allah, justru kita asyik bersenang-senang, tertawa, dan bergembira, bahkan rela membayar demi alasan menyegarkan jiwa! Na’udzubillaahi min dzaalik.

Sebagian saudara kita juga rajin mengunjungi makam para wali yang telah dibangun sedemikian rupa, untuk ngalap berkah (meminta keberkahan) kepada penghuninya/ahli kubur. Mereka menyangka, para wali atau orang shalih pujaan mereka–yang sudah mati itu–bisa dijadikan perantara untuk menyampaikan segala hajatnya agar dikabulkan oleh Allah.

2. Tidak ke tempat maksiat.
Selain harus menghindari tempat-tempat kesyirikan, kita juga harus menghindari tempat-tempat maksiat. Misalnya: diskotik, tempat-tempat perjudian, dan semacamnya. Di perkotaan, sajian-sajian wisata jenis ini begitu mudah ditemukan. Seringkali, di beberapa kafe serta diskotik digelar pertunjukan tarian perempuan semi-telanjang, atau telanjang namun di-”blur” (disamarkan) dengan aksi body painting.

Ada kalanya, tidak usah ke diskotik pun, kita bisa menikmati pemandangan syahwati ini, misalnya dalam konser-konser musik yang semakin menjadi tren di berbagai daerah. Pakaian dan goyangan penyanyi dan penari latar seringkali terlihat “menantang”. Sekali lagi sayang, bahwa sebagian besar penikmat berbagai kemaksiatan itu adalah muslim.

3. Tidak berwisata ke negeri kafir.
Berwisata ke negeri kafir hukumnya juga haram. Syekh Utsaimin pernah ditanya apa hukumnya pergi bersafar dan berwisata ke negara-negara kafir. Maka beliau menjawab, bahwa bersafar ke negara-negara orang kafir itu tidak boleh kecuali dengan tiga syarat, yaitu:

Pertama: Seharusnya orang itu mempunyai ilmu agama (ad-dien) yang dapat menolak syubhat- syubhat yang ada.
Kedua: Hendaknya ia mempunyai kapasitas dien (iman) yang dapat menolak syahwat yang ada.
Ketiga: Hendaknya ia dibutuhkan di sana.
Apabila syarat-syarat ini tidak terpenuhi, maka tidak boleh bersafar ke negara-negara kafir karena dikhawatirkan fitnahnya, serta membuang-buang harta, karena dalam bepergian seseorang menghabiskan banyak uang.
Adapun jika ia bepergian ke negara-negara kafir untuk keperluan pengobatan, atau belajar suatu ilmu yang tidak didapati di negerinya (baca: negara-negara Islam) dan ia memiliki ilmu agama dan ad-dien yang telah kami sebutkan kriterianya, maka hal yang demikian tidak mengapa.
Adapun bersafar untuk wisata ke negara-negara kafir, ini tidak punya kepentingan, masih memungkinkan baginya untuk pergi ke negara-negara muslim yang penduduknya masih menjaga syiar-syiar Islam. (Majmu’ Fatawa Arkanil Islam, soal no. 95)

4. Usahakan pergi bersama mahram dan menghindari ikhtilath.
Untuk berwisata, khususnya bagi seorang wanita, sebisa mungkin haruslah disertai mahram, karena akan banyak fitnah bila seorang wanita pergi tanpa mahram. Usahakan pula untuk menghindari atau meminimalkan ikhtilath (campur baur antara pria dan wanita), meskipun hal itu akan sangat sulit dilakukan. Selain itu, tundukkanlah pandangan dari hal-hal yang diharamkan.

5. Tidak membuang waktu, tidak melalaikan zikir kepada Allah, dan tidak meninggalkan shalat.
Rambu-rambu penting ini juga sering dianggap remeh dan dilalaikan oleh kaum muslimin. Dikarenakan asyik berwisata, banyak di antara kita yang lalai dari mengingat Allah, bahkan rela meninggalkan shalat wajib. Yang seperti itu tentu sangat keliru. Jangan sampai wisata kita malah menjadikan kita futur (menjauh dari agama), hingga melalaikan kewajiban beribadah kepada Allah. Itulah beberapa rambu-rambu yang harus kita perhatikan untuk berwisata.

YANG BOLEH DIKUNJUNGI
Sebenarnya, di luar tempat-tempat yang diharamkan untuk berwisata, masih banyak tempat yang bisa kita kunjungi. Misalnya tempat-tempat wisata yang menawarkan pemandangan alam yang mempesona.
Cobalah berwisata ke pegunungan. Nikmati indahnya pemandangan yang menghijau, juga kesejukan udaranya. Atau, pergilah ke pantai, dan perhatikan gulungan ombaknya yang dahsyat. Resapilah dalam hati, betapa indah dan agungnya ciptaan Allah, dan betapa kecilnya kita di hadapan-Nya.
Selain pegunungan atau pantai, kita juga bisa berwisata untuk melihat air terjun, serta tempat-tempat wisata yang dikembangkan pemerintah, misalnya ke kebun binatang, Taman Jaya Ancol, dan lain-lain. Bagaimana dengan monumen atau museum? Sayang sekali, karena tempat wisata yang sengaja dibangun untuk mengenang sejarah itu sering dihiasi dengan banyak patung.
Sebaiknya kita menghindari tempat-tempat seperti itu, karena Allah sangat melaknat para pembuat patung makhluk bernyawa. Rasulullah l juga sangat membenci patung, dan malaikat tak akan sudi memasuki rumah atau bangunan yang di dalamnya ada patungnya.

JANGAN DISALAHGUNAKAN
Yang memprihatinkan, di Indonesia ini banyak tempat wisata yang sering disalahgunakan, khususnya oleh pasangan muda-mudi (belum menikah) yang ingin memadu kasih. Di pantai, pegunungan, hutan wisata, seringkali kita jumpai mereka yang datang untuk berpacaran.
Mengumbar kemesraan tanpa risih dengan orang di sekelilingnya. Bahkan ketika malam mulai menjelang, dan hari beranjak sepi, tak jarang terdapat pasangan yang melakukan tindakan tak senonoh di tempat-tempat wisata.

Hal seperti ini tentu harus menjadi perhatian serius para pengelola tempat wisata. Jangan biarkan wisata alam yang seharusnya bisa menjadi tempat rihlah dan mengagumi ciptaan Allah, malah banyak dicemari oleh perbuatan-perbuatan hina muda-mudi yang dimabuk cinta. (*)

Sumber: www.majalah-nikah.com

No comments:

Post a Comment